Salam "Fangowai" dan "Ya’ahowu" di Daerah Nias


Seperti ditulis oleh Faogöli Harefa, barang siapa bertemu dengannya (orang Nias) di jalan sungguhpun tidak dikenalnya ia memberi hormat (I’owai) dengan menyapa katanya : “Ja ugö ! Namanya dalam bahasa Nias : “I’oŴai” (Faogöli Harefa, 1939 : 114).  Selain itu, kata lain  juga seperti  Ya’ugö  Ma atau ama  ! (engkau  pak), Ya’ugö  Ina ! (engkau ibu), Ya’ugö  Ga’a atau kaa (engkau abang/kakak), Ya’ugö Tua/Dua ! (engkau Tuan./ kakek), Ya’ugö  GaŴe ! (engkau nenek), maka dijawab “Ya ia“  atau “ee”. Ada kalanya juga cukup bertanya mau ke mana atau hendak ke mana ?, seperti  “Hezo möi, Hega möi, He zo numalö atau He  gumöi ? dijawab  Mi siawa !, Mi sitou ! ,  Mi raya !,    Miyöu  ! dsb.
Tegur sapa sebagaimana dikemukakan  di atas sudah mulai jarang terdengar lagi.  Dan saat ini apabila kita sampai di daerah Nias atau di mana saja kita ketemu orang Nias, sering kita disambut/kita dengar kata atau ucapan “YaahoŴu”, yaitu ucapan penghor¬matan (fangoŴai) di kalangan masyarakat Nias yang lebih popular pada saat ini,  yang artinya selamat bagi  anda atau  semoga anda selamat, dan orang dihormati atau kepada  siapa  ucapan  itu disampaikan maka harus menjawab membalasnya pula dengan kata YaahaŴu.

Bagaimana asal  usul kata  YaahoŴu ini hingga menjadi ucapan penghormatan (fangoŴai) di kalangan masyarakat Nias, maka seperti yang dikutip dari keterangan  Bpk  Mohd. Husin (Ketua Peradilan Agama Gunungsitoli  dengan penulis  (1968). Menurut Bpk Mohd. Husin, bahwa tatkala ia bercakap-cakap dengan   pelaku sejarah yaitu Bpk Alam Taruddin  Stn. Syahirul Alam (orang Tua H.Tajuddin Alam / mantan Salawa Ilir/Pengusaha Faomasi Ilir Gunungsitoli), pada tahun 1943  di Kantor MITT  *) tanpa disengaja  terlintas  dalam percakapan mereka tentang sejarah asal usul  kata “ya’ahowu”.  Oleh Bpk  Stn. Syahirul Alam memaparkan pada Bpk H.Mohd Husin bahwa  di saat ianya  (Bpk Stn Syahirul Alam)  menjabat sebagai Jaksa  di  daerah Nias (masa pemerintahan Belanda), Ia diundang  oleh  Th.C.Rappard  (Kepala Pemerintahan Belanda di Pulau Nias) untuk menghadiri pertemuan (rapat) pemerintah daerah Nias yang di selenggarahkan di Lahagu pada tahun 1919.

Pertemuan itu dihadiri oleh para Balugu, Tuhenöri, Siulu, Salawa, Datuk Raja yang  memer¬intah di daerah Nias. Adapun di antaranya yang menjadi pokok pembicaraan yaitu dalam perihal memberikan  salam penghormatan (fangowai) di kalangan masyarakat Nias. Oleh  Tn C.Rappard mengemukakan “ia melihat   di tengah-tengah masyarakat sehari-hari bahwa  apabila yang satu dengan yang  lainnya  bertemu, salam penghormatan yang diberikan tidak sama. Ada yang menyebut Ya'ugö...! Ya'ugö Tua… ! Ya'ugö Ga Ŵe…!, Ya'ugö   Ma,….! Ya'ugö  Ina,…!, Ya'ugö  Ga'a atau Ka'a….! Ya'ami  Da'ö, dan juga dijawab dengan kata yang tidak sama  Ee,.. ! atau Ya'ia,… ! Sedangkan di bagian  pesisir salam penghormatan agak seragam yaitu Assalamu'alaikum dan dijawab Wa'alaikumussalam”. Oleh  Ass. Residen Tn  C.Rappard bertanya dalam sidang rapat, bagaimana kalau  kata penghormatan itu disamakan saja seperti ucapan di  pesisir.

Dalam rapat itu beliau (Stn.Syahirul Alam) mengemukakan bahwa salam  di bagian. pesisir itu tidak dapat diubah, ditambah  atau  dikurangi  dan merupakan salam di kalangan muslim  (yang beragama Islam.) di mana-mana..Tanya Tn C. Rappard, apa artinya ? dijawab, Assalamu'alaikum artinya selamat serta rahmat Allah untuk mu, atau atas  mu, pada mu atau kepada anda sekalian (yang mendengarkannya) ! Selanjutnya Tn C.Rappard bertanya pada. Stn Syahirul Alam, kalau begitu apa artinya dalam bahasa Nias ? maka oleh Stn.Syairul Alam menjawab,  YaahoŴu ndra'ugö  ba  ya’i be'e khöu hoŴu-hoŴu lowalangi.

Salam ini dapat tertuju  pada seseorang dapat pula pada  orang banyak (yang mendengarkannya) tanpa memandang status dan kedudukannya)  maka dijawab “wa’alaikum mussalam artinya semoga juga anda selamat dan diberi rahmat oleh Allah swt. Dengan mempertimbangkan berbagai saran  yang timbul dalam rapat, akhirnya rapat menyepakati dengan mengambil  terjemahan salam itu dalam bahasa Nias  yang diucapkan  secara  pendek yaitu cukup dengan kata “Ya'ahoŴu” (= selamat). Maka sejak itulah   kata  Ya’ahoŴu diresmikan sebagai salam penghormatan  resmi (fangoŴai)   di  kalangan  masyarakat  Nias. Menurut beliau (Stn. Syahirun Alam) naskah berita acara keputusan  ini dibuat dengan di ketik serta ditandatangani oleh semua peserta rapat dan  diarsipkan oleh Pemerintah Belanda.

sumber:http://zandela-sh.blogspot.com/2011/03/yaahowu-di-daerah-nias.html

Related Post:

Terima kasih sudah mampir di tacdir84's Blog. Dan apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam blog ini, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Silahkan kirimkan kritik atau saran Disini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi semua...Terima Kasih.

Nias-Bangkit.com